Sampuru Ciwi Ori Rukun Sambeya (19 Perkara Rukun Salat)


Dalam pengetahuan Dou Mbojo zaman dahulu, salat memiliki rukun yang harus diperhatikan untuk diamalkan demi kesempurnaan salat itu sendiri. Ulama-ulama Mbojo telah membedah rukun-rukun tersebut dalam rupa dan korelasi fadilah yang akan didapatkan. Berikut Sembilan belas rukun salat dan fadilahnya.
1. Niat (Mbojo: Niya)
Salah satu perkara penting dalam melaksanakan salat yaitu niat. Niat merupakan keinginan dalam hati untuk melakukan sesuatu (dalam hal ini salat) tindakan yang ditujukan semata-mata hanya kepada Allah. Adapun fadilah yang akan didapatkan adalah na kataho weya weki-ta dei rade. Jika dipilah secara etimologi, frasa na kataho berarti akan memperbaiki, weki-ta artinya diri kita, sedang dei rade yaitu dalam kubur. Maka, dalam melaksanakan rukun niat akan memperbaiki diri kita dalam kubur. Niat secara konsetual akan menjaga jasad kita manusia dari siksa kubur.
2. Berdiri Lurus Menghadap Kiblat (Mbojo: Kidi Mantiri)
Kidi Mantiri atau berdiri lurus menghadap kiblat merupakan syarat yang juga harus terpenuhi dalam pelaksanaan salat. Salat akan tidak sah jika menghadap ke arah selain arah kiblat. Salah satu fadilah yang akan kita peroleh adalah na kapaja-ku hidi-ta di rade. Artinya, salat menghadap kiblat akan melapangkan kubur. 
3. Takbir (Mbojo: takabi) 
Setelah niat dan berdiri menghadap kiblat, rukun selanjutnya yaitu mengucap takbir. Takbir ialah seruan untuk memuliakan nama Allah. Takbir adalah istilah untuk frasa Arab Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar. Fadilah dari bertakbir adalah terang-menerangi di alam kubur. 
4. Membaca Surah Al-Fatihah 
Tidak sah salat seseorang jika dalam salatnya tidak membaca surah Al-Fatihah. Al- Fatihah atau Ummul Kitab atau fatihatul kitab dalam Tafsir ibnu Katsir juga disebut salat karena ia merupakan syarat di dalam salat. Adapun fadilah membaca surah Al-Fatihah dalam salat yaitu ndai kani ra lombo dei rade. Artinya, surah Al-Fatihah akan menjadi pakaian manusia di alam kubur kelak. 
5. Ruku (Mbojo: Roko)
Ruku merupakan salah satu rukun salat setelah membaca surah Al-Fatihah. Syarat ruku dalam tuturan masyarakat Mbojo yaitu sangajaku ndai ruku, kasama piriku roka kadeseku dinca mandinga labo samawa dei ade-na. Ulama-ulama Mbojo menjabarkan fadilah ruku sebagai dipi-ta dei rade atau sebagai tikar atau alas tidur manusia di alam kubur. 
6. Itidal 
Itidal adalah gerakan yang dilakukan antara ruku dan sujud. Itidal adalah gerakan setelah ruku, berdiri tegak dengan mengangkat kedua-belah tangan sejajar dengan telinga seraya membaca samiallahu liman hamidah yang artinya Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Itidal akan menolong manusia di alam kubur agar tidak merasa kehausan. Kapo one-na ba Itidal ede ndai nono-ta dei rade. 
7. Sujud (Mbojo: Suju)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, sujud memiliki arti berlutut serta meletakkan dahi ke lantai. Sujud dalam hal tersebut di atas merupakan perbuatan menempatkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki pada kondisi serentak di lantai dengan tujuan tertentu karena Allah Subhanahuwataala. Sujud memiliki fadilah sebagai petunjuk jalan, sebagai penyelamat manusia dalam mengarungi jembatan siratalmustaqim. Ndai makaroci-ta lampa dei nonto siratulmustaqim. 
8. Duduk di antara dua sujud (Mbojo: Doho di hela dua na suju)
Adapun fadilah dari duduk di antara dua sujud atau doho di hela dua na suju ini adalah ndai ma kanggawo-ta dei hawo bandera liwaulhamdi(?). Maknanya yaitu sebagai pelindung manusia di akhirat kelak. 
9. Sujud Kedua (Mbojo: suju ma kento)
Siapa yang akan menyangka, bahwa sujud yang kedua dalam salat akan membawa manusia pada kemudahan di akhirat kelak. Yang akan memikul kita manusia di padang mahsyar kelak. Dalam Bahasa Mbojo fadilah tersebut berbunyi seperti berikut ini suju ma kento ede ndai matundu ta dei sera Mahsyar.
10. Membaca Tahiyat Akhir
Fadilah dari membaca tahiyah akhir yaitu membantu kita berhadapan dengan Malaikat Munkar dan Nakir. Yang akan membantu manusia menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut. Kspo one-na baca tahiyah achir ede ndai ma cambe-na sodi malaekat Munkar wa Nakir. 
11. Membaca Salawat 
Kapo one na b abaca salawat ede di ma dindi-ta dei afi Naraka. Artinya, membaca salawat akan melindungi atau menjadi dinding penghalang dari panasnya api Neraka. 
12. Salam Pertama (Mbojo: salam saramba-na)
Di dunia ini, manusia manakah yang tidak ingin masuk ke dalam surga? Tentu saja semua manusia ingin masuk dan tinggal di dalam surga. Salam pertama atau Bahasa Mbojo-nya salam ma saramba-na adalah pembuka pintu surga bagi kita manusia. 
13. Tartib (Mbojo: ndidi ndai)
Tartib atau tertib adalah hal yang harus dilakukan seusai salat. Barang siapa yang melaksanakannya maka akan bertemu dengan Allah Subhanahuwataala. Kapo ono-na ba ndidi ndai-na ede makau-ta eda angi labo Allahu Taala. 
Demikian beberapa perkara rukun salat menurut tuturan turun-temurun yang hidup dalam memori kolektif masyarakat Mbojo. Wallahualam.

Penulis: Nabil Agus M.


Komentar