Frasa Dou Kaffi dan Penganut Moehammadan yang Berternak Babi

(Sumber gambar dari KITLV: Cafe en Restaurant P.P.K.B. 1917-1927, Raba-Bima)


Sekitar tahun 2000-an awal, masih saya saksikan kerbau-kerbau dalam jumlah banyak. Puluhan kerbau milik kakek-nenek saya tertampung dalam satu kandang, amat banyak, puluhan jumlahnya.

Menurut Zollinger, konsumsi kerbau di Bima pada tahun 1833 antara 6-700 ekor, sedang kambing 100-120 ekor. Orang-orang Bima kebanyakan mengonsumsi daging karena harga kambing dan kerbau yang sangat murah. Tidak hanya kelas menegah, orang miskin juga mampu mengonsumsi daging. Daging-daging pilihan diolah menjadi dendeng. Ayam dan ikan merupakan bagian utama yang menjadi konsumsi masyarakat Bima. 

Lain halnya dengan daging babi, orang-orang Bima sangat ngeri dan meresa menjijikkan terhadap babi. Karena orang Bima menganut Muhammadan (Islam) dan menyebut penganut agama lain yang mengonsumsi babi dengan sebutan Dou kafi (orang kafir).

Pada masa itu dalam keterangannya, Zollinger mengatakan bahwa orang Bima penganut Muhammadan belum sepenuhnya atau masih memercayai hal-hal klenik dari kepercayaan nenek moyang. Salah satu contoh mereka tidak makan kerbau putih atau kita sebut sahe bulangkalu.

Makanan ringan seperti kue-kue juga menjadi panganan khas, khususnya untuk perayaan. Hal tersebut masih bisa kita jumpai dalam setiap perayaan, hajatan baik 'rawi mori ro rawi made' dewasa ini. Rasa kue yang dibuat oleh masyarakat Bima begitu manis dan berminyak dengan bau tegik. Sehingga tidak cocok dengan lidah orang Eropa dan hampir tidak bisa dimakan oleh mereka.

Beranjak ke minuman, masyarakat Bima masa itu biasa meminum arak atau tuak yang terbuat dari kelapa. Kebanyakan terbuat dari Lontar. Bream juga tidak hilang dari deretan minuman. Minuman dari beras ini memiliki kekuatan lebih yang memabukan dibanding yang lain. Sedang kopi adalah minuman yang tidak dapat terpisahkan dari setiap kepala masyarakat Bima. Minuman Eropa hanya dikonsumsi oleh orang-orang Ibukota. 

Penggunaan Opium ialah suatu hal yang sangat umum dalam masyarakat dan tersebar di semua kalangan. Sirih dan rokok adalah kebiasaan yang tidak terpisah dari rawi made dan rawi mori.

Lanta, 09 Februari 2020

Komentar