Gagal (belum) Jadi Dou Mbojo



Semakin hari keingin tahuan tentang ke-Bima-an kok semakin besar saja? Ternyata jadi Dou Mbojo itu keren juga yah! Unik dan berbeda dengan suku-suku lain yang ada di seluruh dunia. Berangkat dari kesan-kesan inilah sehingga membuat saya semakin ingin mendalami ke-Bima-an, walau masih terbatas untuk mengakses ke-Bima-an itu sendiri. Aksara Mbojo adalah salah satu yang menjadi alasan, semangat dan motivasi untuk menjadi Dou Mbojo seutuhnya. Bagi saya terlahir menjadi Dou Mbojo adalah anugerah, yang mana segala halnya dapat bernilai sesuatu. Berangkat dari nilai-nilai yang ada, kita sebagai manusia Mbojo dididik dengan kekayaan-kekayaan budaya dan adat-istiadat yang ada. Yang selanjutnya tergantung pada kepekaan kita untuk menyerap dan memahaminya.


Gambar oleh Ama Bibu

Selanjutnya, berbicara tentang ke-Bima-an yang perlu digarisbawahi adalah cara kita bertutur, memahami tuturan, dan keduanya. Dari beberapa hal yang tersebut, intinya adalah sejauh mana kita sebagai Dou Mbojo tahu tentang bahasa daerah kita. Berangkat dari faktor inilah saya berkesimpulan bahwa saya gagal atau belum benar-benar menjadi Dou Mbojo. Seperti daerah lain, Nggahi Mbojo (Bahasa Mbojo) juga memiliki ragam bahasa yaitu ragam tinggi atau nggahi ma alu ro ngame (bahasa Mbojo halus) dan ragam rendah atau nggahi ma kasa ro dabae (bahasa Mbojo kasar/sehari-hari).

Nah terkait hal di atas, saya punya pengalaman yang bagi saya sangat mengesankan. Suatu waktu saya sedang belajar mengaji (tilawah) di desa Melayu kecamatan Lambu (waktu itu saya masih SMP). Singkatnya datanglah beberapa tamu, salah satu tamu tersebut ingin ke kamar kecil. Tamu itupun bertanya kepada saya “Santabe! Dodoku tabe ta kombi hidi sera ma neo kai?” begitulah pertanyaannya. Saya yang tidak paham dengan pertanyaan tersebut hanya bisa melongo dan tamu tersebut mengatakan saya tuli.

Ada berapa sih kosa kata Mbojo yang semacam di atas yang kita tahu? Atau hanya saya saja yang kurang tahu?  Coba kita bandingkan kedua kalimat dibawah ini! Manakah dari kedua kalimat yang memiliki ragam atau tingkat tinggi? 

a. ta[be] lirin? 

b. do[do] (ku/ta) hi[di]n!

Rasanya sangat malu sekali, menjadi Dou Mbojo yang kurang pengetahuan tentang ke-Bima-an. Hal ini bagi saya adalah masalah serius. Bagaimana tidak saya yang katanya Dou Mbojo tapi sangat kurang wawasan tentang nggahi Mbojo ma ngame ro alu. Oleh karena itu, saya ingin mengajak kita semua (Dou Mbojo) untuk mari sama-sama belajar tentang Mbojo dengan sungguh-sungguh. Agar kita tetap mempertahankan identitas keramahan untuk lebih ramah lagi. Aamiin.. wallahualam...

Komentar