Ilustrasi Gambar Koleksi Pribadi |
Waktu kanak-kanak, setiap kamis menjelang sore selalu diajak oleh orangtua untuk berjiarah kubur. Tugasnya menenteng ceret yang berisi air dengan taburan sobekan daun pandan atau sesekali dengan daun bidara dan beras. Rasanya asik bermain dan melompat kesana-kemari, berleha-leha diatas makam berkeramik juga mengasikan. Bagian paling seru kalau diajak berjiarah kubur, kami bisa menangkap ikan (dulu hobinya ngepe uta). Karena dulu, jika ada kubangan alias Ndano pasti ada ikannya.
Di pinggiran Ndano ada sebuah makam dengan ukuran tidak seperti makam lainnya, lebar dan memiliki batu nisan yang diatas ukuran rata-rata kuburan setempat. Masyarakat setempat menyebutnya Rade Ruma (mungkin bermakna makam raja atau semacamnya). Konon menurut kepercayaan masyarakat setempat, tanah yang berada dibagian pusar (woke) Rade Ruma jika dimakan akan membuat si yang makan menjadi cerdas, kalau orang setempat menyebutnya di longa kayi. Dan juga mitosnya, apabila ada yang mampu mengukur atau menggapai kedua sisi nisan dengan tangan, maka di bagian pusar atau woke makam akan muncul sesuatu benda. Benda-benda yang keluar juga beragam sesuai siapa yang mampu menggapainya.
Mungkin makam tersebut adalah makam pemuka adat atau orang-orang penting yang ada sejak awal adanya desa Lanta. Bisa saja dia seorang pimpinan kampung, pemuka agama, bahkan bisa menjadi kemungkinan bahwa makam tersebut adalah makam seorang raja. Itulah sedikit mitos tentang Rade Ruma yang berada di Desa Lanta, Kecamatan Lambu. Oh iya, kalau ingin menjual pisang, jual-lah setiap hari rabu atau kamis, dijamin laku. Karena kebanyakan Dowu Lanta akan mengadakan syukuran sekitaran hari tersebut.
Wallahualam...
Penulis: Nabil Agus M
Penulis: Nabil Agus M
Komentar
Posting Komentar