Aksara Mbojo: Sistem Penanggalan dalam Peradaban Dou Mbojo

PERHATIAN: Jangan sungkan untuk mengoreksi tulisan sederhana ini!!

Nabil Agus M

Beberapa waktu yang lalu saya membaca beberapa postingan di media sosial Facebook, bahwa Aksara Bima telah dimasukkan dalam matapelajaran Muatan Lokal (MULOK). Dan saya ucapkan Selamat atas capaian tersebut. Penerapan uji coba-nya dikatakan untuk sementara baru akan diterapkan dijenjang SMA, SMK dan SMA LB. Saya harap semoga usaha ini dapat berjalan sesuai cita-cita mulia para pendiri Daerah. Diberikan kesehatan dan hati yang tulus oleh Allah kepada para perumus dan pejuang aksara Bima yang telah mencapai langkah penyebaran dan pengenalan Aksara Bima yang terstruktur. Aamiin.

Dok. Museum Samparaja
Mari fokus pada topik yang ingin saya uraikan dalam tulisan ini. Pertama, saya ingin mengenalkan nama bulan yang dikenal  dan menjadi patokan waktu oleh Dowu Mbojo dan tulisannya dalam aksara Bima berdasarkan selembar naskah . Kedua, ditemukannya huruf atau aksara "LA" dalam naskah nama bulan tersebut. Dowu Mbojo pada masa lampau menurut saya adalah bangsa yang memiliki spirit ingin maju, selalu mengikuti perkembangan zaman alias Modern dan bangsa yang bersaing dengan bangsa lainnya. Tentunya tetap dalam nilai-nilai yang ada. Hal yang menunjukan bahwa Mbojo sebagai peradaban dengan spirit kemajuan dan diperhitungkan oleh bangsa lainnya. Yakni dengan memiliki nama bulan atau kalender Kerajaan/Kesultanan Bima juga ingin menunjukkan eksistensinya. Ada tiga jenis bulan atau tahun yang ditulis dalam selembar naskah tersebut. Antaranya; (1) Nama Bulan dalam Kalender Mbojo, (2) Nama bulan dalam Tahun Hijriyah, (3) Tahun China atau disebut juga Shio. Dan beberapa simbol seperti nilai angka dan simbol yang sepertinya menunjukan tahun.

1. Nama Bulan dalam Kalender Mbojo 
  • Duwa Mpuru Piduna Has Na'E 
  • Sa Mpuru Nayina Has Na'E 
  • Upa Nayina Has Na'E 
  • Pidu Nayina Has Na'E 
  • Duwa Mpuru Duwana Has Na'E 
  • Duwa Mpuru Nayina Has Na'E 
  • Duwa Mpuru Sa Nayina Has Na'E 
  • Duwa Mpuru Ciwina Has Na'E 
  • Upa Nayina Has Na'E 
  • Waru Nayina Has Na'E 
  • Duwa Mpuru Pidu Nayina Has Na'E 
  • Duwa Mpuru Waruna Has Na'E 
Saya mencoba untuk memahami lembar naskah yang memuat tiga hal tersebut. Pertama, penamaan bulan dalam kalender Mbojo, merupakan atau berpatokan pada kalender Hijriyah dan tahun China atau tiga kalender yang terdapat dalam naskah tersebut, oleh orang Bima digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, yang masih belum jelas, untuk dicari tahu arti dan maknanya adalah frasa Has Na'E.

2. Tahun Hijriyah
  • Mahram (Muharram)
  • Shafara 
  • Rabiul Awal
  • Rabiul Akhir
  • Jumadil Awwal
  • Jumadil Akhir
  • Rajab 
  • Sya'ban
  • Ramadhan
  • Syawwal 
  • Dzul-Qa'idah
  • Dzul-Hijjah
Kedua, adanya Tahun Hijriyah tentunya bukan tanpa sebab, sebagaimana diketahui latar belakang Bima adalah sistem Kesutanan yang tentunya nilai-nilai Islam sangat sarat dan melekat di dalamnya. Adapun fungsinya, seperti untuk mengetahui hari-hari besar Islam, haji pada bulan-bulan haram, puasa sunnah maupun wajib dan besar kemungkin juga digunakan untuk menentukan sesuatu hal yang besar. Setelah kolom bulan Hijriyah, dalam naskah tersebut ada kolom yang menurut saya adalah tahun. Disana tertulis mulai dari tahun 1293, 1294, 1295, 1296, 1297, 1298, 1299, 1300, 1301, 1302 dan 1303. 
3. Tahun China/ Shio 
Lebih dikenal dengan Shio atau Kalender Imlek. Berikut ini adalah Shio berdasarkan urutan dalam selembar naskah kalender Bima; 
  • Capi (bahasa Bima) artinya Sapi
  • Macan 
  • Karawo* (bahasa Bima) artinya Tikus
  • Uta (bahasa Bima) artinya Ikan
  • Sawa (bahasa Bima) artinya Ular
  • Jara (bahasa Bima) artinya Kuda
  • Mbe'E (bahasa Bima) artinya Kambing
  • BotE (bahasa Bima) artinya Monyet
  • Nasi (bahasa Bima) artinya Burung
  • Lako (bahasa Bima) artinya Anjing
  • Wawi (bahasa Bima) artinya Babi
  • Karawo (bahasa Bima) artinya Tikus 
(*) Mungkin yang dimaksud adalah kelinci.

Ketiga, Tahun China. Shio atau kadang disebut juga dengan Zodiak Tionghoa adalah simbol binatang yang digunakan untuk melambangkan Tahun dalam astrologi Tionghoa dan kalender Imlek. Dalam Tradisi Tionghoa, setiap orang dilahirkan pasti memiliki Shio yang dikaitkan dengan Tahun kelahirannya. Jumlah Shio dalam Tradisi Tionghoa terdiri dari 12 Binatang dan disebut dengan 12 Shio yang mewakili siklus 12 tahunan.  Penetapan Shio bagi seseorang adalah berdasarkan Kalender Imlek yang merupakan Kalender yang sistem perhitungan Waktu, Hari, Bulan dan Tahun berdasarkan perputaran Bulan. 

Shio yang tertulis dalam selembar naskah tersebut, memiliki perbedaan dengan Shio yang terdapat dalam kalender China. Shio dalam kalender China diawali dengan Shio tikus, sedangkan dalam naskah diawali dengan Shio Sapi.

Lebih jelasnya simak tabel berikut ini!

NO
SHIO CHINA
SHIO DALAM NASKAH
ARAB
AKSARA MBOJO
INDONESIA
1
TIKUS
BAQARAH 
CAPI
SAPI
2
SAPI
NIMRI/NAMUR
MACAN
MACAN
3
HARIMAU
‘ARNAB
KARAWO
KELINCI*
4
KELINCI
SAMAK/SMAK
UTA
IKAN
5
NAGA
SA’BAN/THUEBAN
SAWA
ULAR
6
ULAR
FARSI/FARAS
JARA
KUDA
7
KUDA
GHANAM
MBE’E
KAMBING
8
KAMBING
QARAD
BOTE
MONYET
9
MONYET
TAYR
NASI
BURUNG
10
AYAM
KALABI/KALB
LAKO
ANJING
11
ANJING
KHINZIR
WAWI
BABI
12
BABI
FAR
KARAWO
TIKUS
Keterangan: (*) Dalam naskah tersebut, yang tertulis dalam aksara Bima "Karawo". Namun yang dimaksud berdasarkan bahasa Arabnya yaitu 'ARNAB yang berarti Kelinci. Bisa jadi binatang tersebut tidak dikenal oleh masyarakat Bima atau dikarenakan ada sesuatu hal yang lain. 


Oleh karena hampir seluruh masyarakat Bima dahulu dan sekarang menggantungkan diri dari bertani dan berladang dan sebagai pelaut/nelayan, ketiga kalender inilah yang menjadi patokan. Patokan kapan waktu yang baik untuk menanam (bercocok tanam) dan atau melaut. Sehingga, bagi petani terhindar dari bencana seperti hama atau gagal panen dan bagi nelayan terhindar dari bencana laut sehingga mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan. Artinya, kalender diatas adalah dijadikan sebagai acuan dan patokan untuk menentukkan hari baik dalam segala urusan. Kalender ini adalah sebagai pedoman masyarat Mbojo untuk menentukkan hari-hari baik dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Sama halnya dengan naskah Kutika yang dimiliki oleh daerah lain yang juga digunakan untuk hal tersebut.

Selanjutnya dalam naskah ini juga ada satu huruf yang awalnya belum ada dalam aksara Mbojo yang sudah dirilis. Berdasarkan bahasa Arabnya yakni "kalabi/kalb" yang berarti Anjing dan dalam bahasa Bimanya "Lako", maka huruf dalam naskah tersebut adalah LA. Sehingga sementara ini aksara Mbojo dapat dikatakan memiliki dua huruf yang berbunyi LA.


Wallahualam...

Komentar