Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perllokusi Mama Dedeh dalam Program Mamah dan Aa' Indosiar

Gambar Koleksi Pribadi

TINDAK TUTUR LOKUSI, ILOKUSI, DAN PERLOKUSI MAMA DEDEH DALAM PROGRAM ACARA MAMAH DAN AA’ DI STASIUN TELEVISI INDOSIAR

Agus Mulyadin
201210080311063/VI B
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang


Abstrak
Mamah dan Aa’ adalah program acara tausiah atau religi yang di tayangkan di stasiun televisi Indosiar di setiap pagi. Program acara yang lengket dengan sapaan “curhat dong Ma” dari jama’ahnya ini lebih didominasi oleh ibu-ibu dari berbagai majelis taklim. Sebagai pentausiah adalah Mama Dedeh dan sebagai pembawa acara adalah Abdel. Program acara yang berlangsung selama satu jam ini, selain dari para jamaah yang hadir juga membuka layanan telepon atau SMS dari pemirsa dirumah.
Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan tindak tutur Mama Dedeh dalam tausiahnya dalam kaitannya dengan tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Ketiga tindak tutur tersebut, dalam tuturan Mama Dedeh mulai dari awal monolog hingga segmen interaksi dengan para audien, menerapkan ketiga tindak tutur tersebut. Baik dilakukan secara disengaja maupun dilakukan dengan tidak sadar atau spontan.
Kata Kunci: lokusi, ilokusi, perlokusi

Pendahuluan
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Seiring perkembangan zaman, berkembang pula tekhnologinya. Perkembangan ini ditandai dengan adanya banyak cara untuk mendapatkan informasi dan semakin mudah mendapatkannya. Adanya media elektronik semakin memudahkan dan mempercepat tersampaikannya informasi. Televisi misalnya, kejadian atau peristiwa kecelakaan atau bencana yang terjadi disetiap daerah akan mudah dan bisa langsung disaksikan oleh warga daearh lainnya tanpa berada langsung di tempat kejadian. Itulah salah satu manfaat kecil yang dihasilkan oleh media televisi.
Televisi adalah media elektronik yang memiliki andil besar dalam menyampaikan informasi berupa tingkah laku maupun tuturan. Tututran-tuturan yang dikemas oleh televisi yang semakin komplek dan modern sehingga mampu menarik minat penonton untuk selalu menonton tayanya itu. Salah satunya adalah program acara tausiah Mamah dan Aa’ ini. Program acara yang islami ini mampu memberi solusi atas curhat dari para jamaahnya baik yang ada di studio maupun diluar studio.
Tayangan Mamah dan Aa’ ini memiliki jenis segmen tuturan. Pertama, monolog yang akan disampaikan oleh Mama Dedeh itu sendiri terkait tema atau topik yang akan di bahas. Kedua, Mamah Dedeh akan melakukan interaksi tanya jawab dengan jama’ah yang ada di studio maupun yang adah di rumah. Sedah jelas tentunya objek kajian yang diangkat dalam kajian artikel ini yaitu tentang penerapan tuturan lokusi, ilokusi dan perlokusi yang dilakukan oleh Mama Dedeh dalam menyampaikan dakwahnya agar mampu dipahami secara benar oleh jama’ahnya. Beragamnya tindak tutur yang dilakukan oleh Mama Dedeh inilah yang menjadi daya tarik dalam acara tausiah Mamah dan Aa’ Indosiar ini. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menganalisis dengan mendeskripsikan tuturan-tuturan mama Dedeh yang berkaitan dengan penerapannya terhadap tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk-bentuk tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi yang digunakan oleh Mama Dedeh dalam menyampaikan topik-topik kajian dakwahnya. Penelitian mengenai tindak tutur yang di gunakan oleh Mama Dedeh pada  tayangan Mamah dan Aa’ di INDOSIAR ini menggunakan kerangka bidan pragmatik khususnya teori tindak tutur. Menurut Searle terdapat tindak tutur ketika berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Searle berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil lambang, kata atau kalimat yang berwujud prilaku tindak tutur. Lebih jelasnya tindak tutur adalah hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa.
Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu makna kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu terdapat kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya. Hudson (dalam Alwasilah 1993:19) pertuturan adalah bagian dari ujaran yang dibuat sebagai bagian dari bagian interaksi sosial sebagai kebalikan dari contoh-contoh dekontakstualisasi dari para linguis dan filsuf. Searle telah mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini sering disebut sebagai The Act of Saying Something. Dalam tindak tutur ini dihasilkan serangkaian bunyi bahasa yang berarti sesuatu. Lebih jauh tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan (Wijana, 2011:22).
Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan daya tuturan. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi, karena tindak ilokusi berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak ilokusi ini merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur (Wijana, 2011:24). Tindak ilokusi disebut sebagai the act of doing something.
Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting Someone. Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi (Wijana, 2011:24).
Rustono juga menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Sementara itu Tarigan mengatakan bahwa ujaran yang diucapkan penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur atau penyimak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik (Chaer 1995:70).
Penelitian mengenai penerapan tindak tutur yang digunakan oleh Mama Dedeh pada tayangan Mamah dan Aa’ ini menggunakan metode deskriptif yang akan mendeskripsikan bentuk tindak tutur Mama Dedeh ketika bermonolog menyampaikan pesan dakwah dan berinteraksi dengan jamaahnya saat acara berlangsung. Metode ini dilakukan semata-mata berdasar fakta atau fenomena yang secara empiris ada pada penutur-penuturnya. Hasil penelitian nantinya akan ditranskripkan dan diklasifikasikan sesuai dengan jenis tuturannya.
Metode pengumpulan datanya menggunakan metode simak, yaitu dengan menyimak tuturan Mama Dedeh dan menganalisis jenis-jenis tindak tutur yang  tergolong jenis tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang digunakan oleh Mama Dedeh pada tayangan Mamah dan Aa’ di INDOSIAR dengan cermat dan seksama. Teknik selanjutnya ialah teknik rekam, yaitu teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan bahasa. Perekaman yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan recorderyang di dekatkan dengan speakerkomputer ketika tayangan Mamah dan Aa’diputar melalui media komputer yang sudah di unduh sebelumnya melalui www.youtube.com yang kemudian disimpan pada kartu data atau komputer untuk dianalisis mengenai tuturan Mama Dedeh ketika berdakwah dalam acara tersebut.
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi dan analisis terhadap data yang sudah diperoleh. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Data yang terkumpul dalam bentuk rekaman kemudian ditranskripkan dalam bentuk tulisan dan dicatat seperti apa adanya. Selain itu, dilakukan pengidentifikasian dan pengklasifikasian bentuk tuturan yang termasuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang digunakan oleh Mama Dedeh ketika bermonolog dan berinteraksi dengan jamaah saat penayangan Mamah dan Aa’ di Indosiar.  

Hasil Penelitian Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi dalam Mama dan Aa’ Beraksi INDOSIAR
1.      Episode “Ramalan Bintang”
a.       Tindak Tutur Lokusi
Adapun dalam episode “Ramalan Bintang” ini, tindak lokusi yang digunakan oleh Mama Dedeh bertujuan untuk menyampaikan suatu pernyataan yang bersifat informatif yang terlihat baik pada monolog maupun ketika berinteraksi dengan Jama’ahnya. Dalam tuturan monolog Mama Dedeh yang mencerminkan tindak tutur lokusi adalah “Apa sih fungi bintang sebetulnya? Bintang yang pertama sebagai penghias langit, yang kedua sebagai arah, kemudian fungsi yang ketiga yaitu sebagai petunjuk bagi kita”, jelaslah mengandung inforamasi, pada tuturan ini Mama Dedeh ingin menyampaikan informasi terhadap para jama’ah bahwa bintang adalah salah satu ciptaan Allah sebagai keindahan dan penghias langit, kemudian yang kedua yaitu sebagai peta bagi kita untuk mengetahui dimanakah kita berada saat ini atau untuk para nelayan yang pergi melaut, dan yang tarakhir sebagai pelempar setan sehingga menghalangi pendengarannya ketika nguping pembicaraan antara Allah dan Malaikat. Pernyataan tersebut diatas tidak dibutuhkan respon atau umpan balik dari para jama’ah baik secara verba maupun non verba, melainkan mitra tutur hanya digiring untuk memahami dan menerima tuturan tersebut hanya sebagai informasi atau pengetahuan.  
b.      Tindak Tutur Ilokusi
“Jangan percaya dengan ramalan”, pada tuturan ini Mama Dedeh tidak hanya sekedar ingin memberi tahu-kan sesuatu hal terhadap jamaahnya, namun juga ngin mengajak kepada para jamaahnya agar sekiranya percaya hanya kepada Allah dan tidak atau jangan memercayai dukun dan ramalan bintang karena percaya selain kepada Allah adalah syirik dan sirik adalah dosa besar.
c.       Tindak Tutur Perlokusi
Tindak tutur perlokusi ditemukan dalam tuturan Mama Dedeh ketika berinteraksi kepada jama’ahnya. Beliau berkata “jadi ketika kita ingin keluar rumah, namun hati kita tidak nyaman dan was-was, janganlah pergi”. Efek atau pengaruh yang ingin disampaikan atau di hasilkan oleh Mama Dedeh tersebut dalam tuturannya adalah apabila ingin melakukan suatu tindakan haruslah berdasarkan sebuah keyakinan dan kemantapan hati agar apa yang dilakukan bisa berbuah maksimal dan tidak mencelakakan diri sendiri.
2.      Episode”Stop Berbohong” 1 Mei 2015
a.       Tindak Tutur Lokusi
Ditinjau secara keseluruhan dari monolognya, baik episode pertama maupun yang kedua, merupakan tindak tutur lokusi karena mengandung penyampaian yang berisi informasi. Pada tuturan monolog yang kedua ini, Mama Dedeh menyampaikan ada lima macam pendapat para ulama tentang hukum berbohong. “Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, dan Haram”. Pada tuturannya ini, Mama Dedeh ingn menyampaikan informasi tentang hukum berbohong sesuai dengan kebutuhannya. Wajib untuk menyelamatkan orang lain ketika ingin dibunuh oleh orang lain, Sunnah kalau dalam peperangan ingin menakut-nakuti lawan, Mubah, boleh berbohong dan boleh tidak. Contohnya untuk mendamaikan persengketaan. Makruh, kalau ada persengketaan dalam keluarga hukumnya tetap makruh. Dan yang terakhir Haram yaitu berbohong yang tidak ada gunanya sama sekali.
b.      Tindak Tutur Ilokusi
Pada tuturan monolog episode yang kedua ini, tindak tutur ilokusi juga diterapkan dalam tuturan “Baru ngomong tiga kali karna anak nggak dengar ngarang emak nya. Ribuan kali emak ngomong dari tadi nggak didengarin juga” pada tuturan ilokusi diatas Mama Dedeh ingin menghimbau kepada para jamaah dan pemirsa di rumah bahwa janganlah berbohong walaupun itu hal yang kecil.
c.       Tindak Tutur Perlokusi
Berdasarkan pengertiannya tuturan berikut ini adalah tuturan yang bersifat perlokusi. “Buat apalagi faktor yang menyebabkan orang berbohong? Nyari keuntungan, tukang dagang, bagus bu, halus, dijamin tidak luntur, padahal luntur tidak dijamin. Dipuujiii dagangannya paling enak bu ada lagi nih, ini paling enak. Tukang dagang banyak yang bohong. Berapa harga baju ini bu? Dua setengah, alah pego aja, ih kemarin udah tujuh orang yang nawar. Padahal dia doang yang nawar, bohong!” Jadi dalam tuturan perlokusi diatas Mama Dedeh memberikan efek kepada jamaah ternyata apa yang telah mereka lakukan tidak baik dan harus dihindari segera. Berdasarkan dari beberapa verba tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi, dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni; 1) Mendorong mitra tutur mempelajari bahwa : menyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, menganjurkan, membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati. 2) Membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan, mengalihkan, mengganggu, membingungkan. 3) Membuat mitra tutur memikirkan tentang: mengurangi, ketegangan, memalukan, mempersukar, menarik perhatian, menjemukan, membosankan. Dari tiga bagian tersebutlah sehingga dapat dikatakan tindak tutur atau tuturan tersebut sebagai tindak tutur perlokusi.
Simpulan
Berdasarkan data, analisis, dan pembahasan tersebut di atas maka diketahui bahwa penerapan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi Mama Dedeh pada tayangan Mamah dan Aa’ INDOSIAR dapat ditemukan dalam dua pola penuturan, yakni monolog dan interaksi. Ketiga jenis tindak tutur tersebut diaplikasikan oleh Mama Dedeh ketika berdakwah untuk memberikan kemudahan penyampaian informasi bagi seluruh jamaahnya yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat.
Dari temuan data dan analisis, tindak tutur lokusi pada episode penayangan Mamah dan Aa’ INDOSIAR tersebut diaplikasikan oleh Mama Dedeh untuk menyampaikan suatu pernyataan kepada jamaahnya. Tuturan lokusi yang berupa pernyataan tersebut hanya bersifat informatif. Penutur hanya ingin memberikan pengetahuan tentang topik yang sedang dibahas tanpa mengharapkan umpan balik dari mitra tutur berupa tindakan verba atau nonverba. Pada tindak lokusi Mama Dedeh ini tidak terdapat tujuan penuturan yang bersifat mempengaruhi, melainkan mitra tutur hanya menjadi pendengar dan memahami informasi yang diberikan oleh penutur.
Untuk penerapan tindak ilokusi Mama Dedeh pada tayangan Mamah dan Aa’ INDOSIAR, digunakan penutur untuk menyampaikan maksud dan tujuan dari tuturan tersebut. Jadi tindak ilokusi Mama Dedeh tidak sekedar bersifat memberitahukan namun ada tujuan yang ingin dicapai, seperti memerintah, menegaskan, menyarankan mitra tutur, dan sebagainya, sedangkan tindak tutur perlokusi pada episode Mamah dan Aa’ INDOSIAR yang paling banyak diterapkan Mama Dedeh ketika melakukan pola interaksi dengan para jamaahnya. Hal ini dikarenakan pada pola interaksi terjadi tanya jawab antara Mama Dedeh dengan jamaah, sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut penerapan tindak perlokusi dianggap tepat untuk memberikan efek pengaruh berupa motivasi atau saran bagi jamaah. Selain itu, dalam tuturan perlokusi ini mitra tutur secara tidak sadar telah diberikan daya pengaruh hasil kreasi penutur baik yang disengaja maupun tidak.

Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Austin, J. L. 1965. How to do Things with Word. Oxford: Oxford University Press.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Pengenalan Awal. Jakarta: Balai Pustaka.
Wijana, Dewa Putu. 2011. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Transkripsi Tausiah Mama dan Aa’ Beraksi Indosiar
1.      Episode “Ramalan Bintang” (12 Mei 2015)
Ramalan bintang. Rasulullah SAW. Bersabda:
“Barang siapa yang mempeelajari ilmu nujub berarti ia telah mempelajari cabang dari pada ilmu sihir”
            Apabila orang tadi telah mempelajari ilmu nujub artinya dia semakin mempelajari ilmu sihir. Yang dimana sihir itu sama dengan perdukunan, hukumnya adalah haram.
“Barang siapa yang datang pada seorang dukun lalu bertanya sesuatu masalah kepada dukun tadi dan dia percaya dengan apa yang dikatakan dukun tadi, maka tidak akan diterima oleh Allah salatnya selama 40 hari 40 malam”.
Saking orang yang nujum, orang yang sihir, dan diantaranya orang yang percaya dengan ramalan bintang, itu sama dengan orang yang pergi kedukun, itu diharamkan oleh Allah. Makanya jangan percaya dengan ramalan-ramalan itu. Artinya kita telah mensarikatkan Allah, percaya kepada selain Allah padahal kita tahu yang menentukan segala sesuatu dalam hidup ini hanyalah Allah. Kita ibadah hanya kepada Allah, tidak boleh ibadah kepada yang lain. Manusia tidak ada yang tahu apa yang dia lakukan besok.
“Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang dia kerjakan besok, tidak seorangpun yang tahu di bumi mana mereka akan mati” (Lukman :34).
Coba, walaupun besok kita punya rencana, Saya, Abdel besok jam sekian ini, ini, ini, apakah semua yang kita rencanakan pasti dilaksananakan oleh kita? Belum tentu! Tidak ada seorangpun yang tahu akan ada halangan yang melintang, boleh jadi punya rencana mau pergi kesuatu kota tapi ternyata ada halangan ita tidak tahu atau kita sakit ita tidak tahu atau ada kebutuhan lain yang lebih butuh kita tidak tahu. Makanya selalu ucapkan Insha Allah kalau Allah mengijinkan, tapi kalau sudah meramal besok akan ini, ini, ini, itu sudah syirik. Skarang yang namanya bintang, apa sih fungsi bintang sebetulnya? Allah mengatakan fungsi bintang ada 3. Bintang yang pertama, sebagai penghias langit, yang kedua sebagai arah, kemudian fugsi dari pada bintang yang ketiga yaiu sebagai petunjuk bagi kita.
Yang pertama yang namanya bintang itu fungsinya sebagai penghias langit. Allah SWT. Berfirman didalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasannya yaitu bintang-bintang”
Jadi jelas bahwa bintang itu, kata Allah perhiasan langit. Kemudian yang kedua, fungsi dari pada bintang itu adalah sebagai pemberi arah. Anda pernaha dengar yang namanaya para nelayan? Itukan mereka belajar tentang yang namanya ilmu bintang, kemana arah perahu mereka saat ini dari ilmu bintang. Kemudian yang ketiga itu buat apa? Pelempar syaitan. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an;
“Bahwa yang namanya Allah memberikan perintah kepada malaikat, ternyata yang namanya syaitan itu nguping”
Anda tahu nguping? Nguping itu ngedengarin orang ngobrol. Kalau orang nguping semua yang di omongin kedengaran semua atau sebagian-sebagian?. Sebagian-sebagian. Jadi ketika Allah SWT. memberikan perintah kepada para malaikat, itu syaitan ngintip, nguping. Ngedengarin apa sih perintah Allah sebetulnya? Tapi pada saat itu, kata Allah “lalu aku lemparkan api-api yang percikan dari bintang tadi muncul menghalangi syaitat-syaitan mendengarkan perintah Allah kepada para malaikat”.
Artinya nguping mereka nggak benar-benar semua kedengaran. Terhalang oleh pijaran api, terhalang oleh bintang yang bersliweran kemana-mana, untuk menghalangi iblis-iblis mendengarkan perintah Allah kepada malaikat. Itulah anda perhatikan yang namanya dukun, yang namanya para peramal kadang-kadang kena, tapi sering tidak kenanya, betul nggak?
Pas kena kenapa? Ketika jin-jin, iblis yang mereka perintahkan mendengarkan perintah Allah pas kedengaran, tapi seringnya nggak kedengaran karena seliweran api bintang-bintang ngalangi mereka biar mereka tidak mendengar perintah Allah. Makanya kalau ada yang bilang “tuhkan pas banget apa yang dibilang” itu pas kedengaran ama syaitannya, lapor ke dukun yang mereka perintahkan. Terus lagi, kebanyakkan banyak tidak pasnya. Kenapa? Karena memang dihalang-halangi oleh Allah. Jadi dukun itu hanya dapat ceritera dari syaitan, dari jin yang mereka perintahkan untuk kabar dari Allah, itulah para peramal, itulah para dukun. Makanya Rasul mengatakan haram hukumnya kalau ada orang yang percaya dengan ramalan karena yang tahu apa yang terjadi besok dengan diri kita hanya Allah dan diri kita. Jangan percaya dengan ramalan, karena anda sama dengan pergi ke dukun, anda sama dengan mensyarikatkan Allah, percaya dengan selain Allah. Naudzubillah himindzalik.

            2.      Episode ”Stop Berbohong” 1 Mei 2015                                            
Stop berbohong. Berbohong itu berdusta, dalam Islam diharamkan, karena orang Islam diwajibkan berbuat jujur.
“Hai orang-orang yang ben dengan katriman bertakwalah kepada Allah, berkatalah kali-kat yang benar”.
Artinya, ayat ini memerintahkan kepada kita berkata wajib jujur, kalau ada orang yang berbohong hukumnya haram. Hadist nabi mengatakan:
“Jika kamu orang yang jujur, maka kejujuran mengantarkan kalian kepada kebaikan, kebaikan mengantarkan kalian kedalam surganya Allah”.
Kebohongan dilarang, diharamkan dalam Islam. Ada ulama yang mengatakan semua kebohongan itu haram tanpa kecuali. Kenapa? Yang namanya kebohongan sudah jelas dalilnya dalam Al-Qur’an, dalilnya dalam Hadist Nabi bahwa bohong itu dilarang dalam Islam. Ada ulama lain yang mengatakan kebohongan itu terbagi lima macam. Yang pertama, ada bohong yang wajib, buat apa? Buat menyelamatkan orang. Ada orang lari tergopoh-gopoh, tolong selamatkan saya, selamatkan saya, saya ikut bersembunyi! Kenapa anda? Ada orang mengejar saya akan membunuh saya. Kata ulama tadi, disini hukum membohong wajib. Buat menyelamatkan orang yang akan dibunuh.
Kemudian yang kedua, ulama tadi mengatakan hukumnya berbohong sunnah. Kalau dalam peperangan, padahal kan tipu daya. Buat apa? Menakut-nakuti musuh hukumnya berbohong adalah sunnah. Misalnya saja persenjataannya tidak sebanding tapi dia katakan persenjataan kita yang sangat canggih, membuat takut musuh-musuh kita. Kemudian yang ketiga, adalah mubah. Mendamaikan dalam persengketaan, tidak boleh itu mubah. Mau berbohong silakan, nggak silakan. Kata ulama kedua.
Kemudian makruh. Kalau ada persengketaan dalam keluarga itu makruh berbohong. Walaupun untuk menyelamatkan tapi ini makruh hukumnya. Kemudian ada yang haram yaitu kebohongan yang tidak ada gunanya sama sekaliitu hukumnya haram. Contoh, misalnya orang yang melawak hukumnya adalah haram dalam Islam. Rasul berkata seperti itu.
Rasul pernah bercanda, ngelucu tapi dengan kalimat yang jujur. Ketika datang tamunya nenek-nenek, ya nenek-nenek kasian nanti mah disurga tidak akan masuk surga ini nenek-nenek. Nenek-nenek ketakutan, ya Rasulullah apakah benar tidak akan masuk surga? Disurga mah nggak ada nenek-nenek yang ada anak muda. Nenek-nenek dimudakan lagi kalau dia beramal Sholeh dan Sholehah. Nah Dia (Muhammad) bercanda tapi jujur, karena yang namanya tua-tua kayak begini kalau jatah kita masuk surga. Inikan orang tua-tua, oang kaya Mama Del..saya unjuknya kesini nggak ke Abdel gitu. Itu di surga mah udah nggak ada nenek-nenek Del, muda lagi semuanya, mulus lagi, kencang lagi, triska lagi deh Del, jadi seperti itu.
Contoh, Rasul datang kesuatu tempat ada sahabat yang lain datang. Kau naik apa? Naik onta. Ah naik anak onta, rasul bilang. Sahabat tadi bilang, nggak naik onta. Itukan anaknya onta, ya iya anaknya dari emaknya. Kita juga walaupun udah tuakan punya emak, kita anak kata emak kita. Onta juga sama naik anak onta. Becanda tapi jujur. Ma’af dalam tanda kutip kita mak kayaknya keseharian bangat pada ngebohong. Rasanya udah enak aja. Jangankan pelawak, jangankan tukang ini, kita aja dalam keseharian sering ngebohong. Eh ibu ngomong sama anak, ngomong sama orang nggak didengar. Udah ribuan kali mama ngomong kok masih begitu aja? Pernah ngomong begitu? Apa anda ribuan kali ngomong? Bohong nggak?
Baru ngomong tiga kali karna anak nggak dengar ngarang emak nya. Ribuan kali emak ngomong dari tadi nggak didengarin juga. Tuh belum juga seribu. Ibu bertamu ke rumah orangm silakan dimakan kuenya bu, diminum. Terima kasih udah kenyang. Bohong nggak boleh! Keseharian kita kadang-kadang membiasakan diri untuk bohong. Kenapa? Apasih yang menyebabkan faktor orang berbohong? Satu, tipisnyarasa takut kepada Allah, dia merasa Allah tidak melihatnya, dia merasa Allah tidak mendengarnya. Ada orang akan berbuat jina, disini yuk.. yuk... disini kagak ada orang. Dia lupa kalau dirinya orang. Ia nggak? Jadi tipisnya keyakinan bahwa Allah maha melihat dan maha mendengar.
Kemudian apa lagi? Kuatnya memutar balikkan fakta. Ma’af dalam tanda kutip, kalau ada orang berhubungan dengan hukum, itu cara memutar balikkan fakta pintar bangat tuh. Kalau orang tidak canggih, kadang-kadang kalah dengan kata-kata itu. Karena ada orang yang sudah terlatih dengan kata-katanya sehingga bisa menjerat orang lain, menjebak orang lain. Buat apalagi faktor yang menyebabkan orang berbohong? Nyari keuntungan, tukang dagang, bagus bu, halus, dijamin tidak luntur, padahal luntur tidak dijamin. Dipuujiii dagangannya paling enak bu ada lagi nih, ini paling enak. Tukang dagang banyak yang bohong. 
Berapa harga baju ini bu? Dua setengah, alah pego aja, ih kemarin udah tujuh orang yanag nawar. Padahal dia doang yang nawar, bohong! Kadang-kadang berapa ni baju? Dua ratus lima puluh. Ya Allah ibu pego aja. Ya Allah.. kalau, kalau emang belinya dapat sih saya kasih padahal belinya Cuma seratus dua lima. Kebanyakan berbohong buat nyari keuntungan, apalagi? Karena dia tidak punya rasa tanggung jawab. Padahal apapun yang orang ucapkan dipertanggung jawabkan dihadapa Alah SWT. berapa banyak faktor yang menyebabkan manusia itu, manusia itu merasa dengan kebohongannya akan jadi orang hebat. Contoh ma’af dalam tanda kutip ketika orang seminar, berdiskusi, kan suka ngacung ini ngomong, ini ngomong, ini ngomong rapat, ini ngomong, ini ngomong. Dia bisa ngomong padahal nomongnya ngarang. Berasa dengan karangannya hebat, orang lain terkagum-kagum, saya pandai, saya cerdas, padahal omongannya bohong belaka. Banyak di masyarakat seperti itu. Kenapa? Mereka tidak akut kepada Allah. Kemudian kita sekarang terapinya bagaimana mengatasi kebohongan tadi? Satu, hendaklah orang tadi sadar dimanapun saya berada Allah maha mendengar dan Allah maha lihat apa yang saya ucapkan. Hendaknya kita sadar kemanapun kita pergi malaikat kanan kiri kita selalu ada, Rokib dengan Atib mencatat apapun yang kita ucapkan. Kemudian kita harusnya sadar, bahwa kita apapun yang kita lakukan semua dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Kemudian kita pun harus sadar dengan kita berbohong relasi kita akan berkurang. Kalau relasi kita tahu kita tukang bohong saya yakin ditinggal, ia apa ia? (di ikti dengan sahutan).
Mungkin sekali dua kai orang masih dengar lama kelamaan masha Allah, juga kita harus sadar bahwa yang namanya bohong sifat orang yang munafik karna tanda orang munafik ada tiga, yang pertama kalau berkata bohong, yang kedua kalau janji ngelak, yang ketiga kalau diberikan amanat ia berhianat. Kemudian apalagi? Kepercayaan orang kepada kita akan berkurang. Betapa banyak orang yang berbohong, orang jadi mundur. Yang ketika percaya sama dia oh kalau tahu begitu udah deh nggak percaya lagi sama dia. Boleh jadi padahal kebohongannya baru sekali. Makanya.. Islam mengharamkan orang berbuat bohong dan juga yang diperintahan oleh Islam adalah kejujuran. Stop berbohong!


Komentar