Mengahiri Kemunafikkan Di Sosial Media

Ilustrasi gambar oleh jalantikus.com

Akhir-akhir ini dunia begitu basa-basi! Oh iya, mungkin tidak tepat jika menyalahkan dunia, yang seharusnya saya hakimi adalah isi dari dunia itu sendiri termasuk saya di dalamnya. Kesannya akan terlalu kejam jika saya menghakimi dan menyalahkan dunia, sepenuhnya hal ini bukan kesalahan Dunia. Melalui blog ini saya hanya ingin bercerita, sedikit berbasa-basi, saya harap ini akan menjadi basa-basi yang berguna. Sayapun sepenuhnya tidak ingin membuat orang tertawa, sesekali membuat orang jenkel dan marah rasanya tidak apa-apa. Semoga harapan ini tercapai!

Waktu itu saya masih kelas 5 atau 6 di sekolah dasar (SD), kira-kira lima belas atau enam belas tahun yang lalu. Saya pernah merasa kehilangan, berduka yang begitu dalamnya, hingga saya ingin ikut dalam liang kubur itu. Sebut saja beliau adalah Nenek dan sekaligus seorang ibu bagi saya, mulai saya lahir hingga saya kelas 5 SD beliau adalah Ibu saya. Diasuh layaknya anak kandung dan dipenuhi segala kebutuhannya. 

Kelas lima sebentar lagi akan usai, kala itu beliau sedang sakit keras. Bolak-balik Rumah Sakit, namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Tiba suatu waktu saya baru saja usai dari belajar kelompok, di tangga terakhi saya mendapati beliau sedang kesakitan. Rupanya sebentar lagi saya dan beliau akan berpisah, terlihat jelas mulut yang menganga, tubuh yang sebagian mulai kaku, dan hanya  ucapan Syahadat yang terdengar terbata-bata. Lantas, apa faedah dari basa-basi ini? 


Baik, saya akan membawa anda pada basa-basi yang lebih tidak berfaedah. Seisi dunia begitu basa-basi, mulai dari Alay, "guru" yang kehilangan wibawanya, politisi yang rusuh, korupsi disana-sini dan termasuk saya yang penuh basa-basi ini. Saya harap, andai bisa kembali di tahun duka itu dengan membawa serta kecanggihan atau mode abad milenial ini. Saya hanya ingin memfoto almarhumah yang sedang sakaratul maut kala itu. Kemudian akan mengunggahnya disegala jejaring sosial tentunya dengan caption yang benar-benar menunjukkan kedukaan saya. Rasanya akan banyak komentar "aamiin", beribu like dan ratusan share. Alangkah bahagianya saya mendapat capaian seperti itu. 

Tapi dengan bercerita seputar duka itu saja saya rasa sudah cukup, cukup membuat orang lain merinding, cukup membuat orang sedih dan haru, saya rasa cukup dengan suasana itu orang lain akan merasa iba. Saya cukup dibuat Miris akhir-akhir ini, dimana manusia kebanyak lupa terhadap etika, perasaan orang sekitar, padahal mereka adalah orang yang menuntut ke-PEKA-an. Lagi-lagi dunia maya telah berhasil memperdaya pengggunanya, melenakan hati penggunanya dan membutakan ke-PEKA-an terhadap sesamanya. Pertanyaan yang muncul adalah apa guna dan faedah kita mengunggah foto mayit atau orang yang sudah meninggal? Apa faedahnya kita mempertontonkan hal semacam itu? sunggu bejat jika itu karena ingin tenar, sungguh sadis jika itu karena "like, komen and share". Coba anda bandingkan dengan tulisan yang penuh basa-basi ini dengan unggahan duka yang disertakan foto mayat, mana yang lebih berfaedah?

Sadarlah GUS.., tidak semua harus orang tahu, tidak segalanya harus diumbar, termasuk itu wilayah atau ranah privasi. Apa salahnya jika kita hanya berkabar melalui tulisan? Tanpa harus menyertakan sesuatu yang mungkin saja menambah rasa sakit, duka yang mendala bagi saudara kita? Yakinlah yang berlebihan itu selalu tidak baik dan bertindak sesuai porsinya selalu membawa pada kebaikan. 

Ah sudahlah! toh tulisan ini tidak akan didengar, malah akan diartikan jahat, saya yang kaloa weki-lah, kurangajarlah, bagi mereka hal ini adalah ancaman. 

Semoga Allah melimpahkan rahmat pada kita sekalian, dilindungi-Nya orang-orang terdekat kita dari bahaya. AAmiin. 

Komentar