Pada Waktu Itu (Sekedar Puisi)

Ilustrasi gambar Nabil Agus M

Yang ku ingin "Senyum Yang Mema'afkan"
(Sekedar Puisi)

Senyum memang tak mengisaratkan apa!
bahkan melulu sebuah luka
senyum memang tak mengisaratkan
bahkan tentang sedikit memaafkan
senyum yang hanya rekahan bibir, harapan
yang terlampau jauh sebuah kibaran bendera perdamaian.


kuhargai senyum tanpa isyarat itu
walau tanpa bumbu-bumbu
dengan dan atau tanpa rayu-rayu
aku bisa membacakanmu puisi-puisi
puisinya Chairil Anwar? Rendra? atau Zarry Hendrik?
atau kau lebih suka sajak-sajaknya Andrei Aksana?
kubiarkan kau memilihnya
syaratku, rebahlah dipundakku sahaja
lalu ku bisa berbisik tentang ma'af-ma'af.

Aku bukan pengacau
aku hanya perindu
aku bukan perayu
aku hanya pengemis
yang berharap gerimis berlalu
Yang ku ingin "Senyum Yang Mema'afkan!"

Kuperdengarkan puisi Zarry Hendrik
"matahari itu tak buta
tak hanya menyinari
tak hanya menerangi
tetapi juga menyaksikan
kita, sampai hari ini"
engkau yang tetap tersenyum
Yang ku ingin "Senyum Yang Mema'afkan".

Malang, 26 Oktober 2016
(terlalu kasar mengatakan orang bermuka dua)

Komentar