Izinkan Saya Mencicipi Rokok!

Merokok. Yah, bagi saya benda ini haram dan saya tekankan tidak mengharamkannya untuk orang lain. Tidak ada paksaan dalam melakukan dan atau meninggalkan sesuatu, itu semua tergantung pada diri masing-masing. Saya hidup dikelilingi orang-orang yang merokok, di sela kegiatannya mereka merokok, sehabis makan mereka merokok, dalam aktifitasnya mereka merokok dan bahkan di waktu luangnya tidak terlepas dari menghisap asap rokok. Dari itu semua tidak lantas membuat saya menjadi perokok, karena menurut saya lingkungan tidak cukup andilnya memengaruhi saya untuk terbawa ke dalam arus mereka. Kalau Anda belum paham dengan ini, saya yakin Anda belum benar-benar berfikir dan merenung.
Ada beberapa cara saya untuk tetap menghindar dari si batang tak berguna ini. Saya tidak akan menyebut ini adalah sebuah tips, karena saya tidak benar-benar menganjurkan orang untuk mencoba cara saya ini atau menerapkannya kedalam diri mereka. Saya akan mengurutnya dari cara yang biasa dan menurut saya luar biasa dan orang lain menganggapnya konyol dan gila.

Illustrasi gambar Bahaya Merokok

Cara pertama, yang saya lakukan adalah tidak gampang tersinggungatau dalam bahasa Bimanya wati pehe dei tuna. Cara ini mungkin akan terasa begitu berat, tapi seperti kata orang bijak “usaha tidak akan menghianati hasil dan orang yang teguh dan sabar disayangi Tuhan”. Kembali pada bahasan untuk tidak gampang tersinggung, yang saya maksudkan ialah jangan pernah menghiraukan omongan orang sekitar kita. Kalau tidak merokok itu banci, tidak laki-laki, tidak gaul, ketinggalan zaman atau seabrek istilah tidak berguna dari mulut kotor mereka tentang orang yang tidak merokok. Apapun istilah yang mereka sematkan untuk saya tidak akan membuat saya seperti apa yang mereka katakan. Kunci yang harus saya pegang ialah tidak gampang terhasut omongan mereka. Karena banyak orang di luar sana yang gampang terhasut, kemudian tidak tahan dan akhirnya demi “kekinian” mereka terjebak di dalamnya.
Cara kedua, wilayah saya mutlak kekuasaan saya. Mungkin cara bertoleransi saya berbeda dengan orang lain atau mungkin saja sama. Yang saya maksud dengan “wilayah saya mutlak kekuasan saya” adalah orang lain harus patuh terhadap aturan saya, tidak memandang siapapun itu mereka harus tetap taat pada aturan itu. Misalnya dalam kamar, saya menulis di dinding “RUANGAN INI BEBAS ASAP ROKOK” atau “DILARANG MEROKOK DI  DALAM RUANGAN INI”. Tidak hanya sekedar hiasan dinding, imbauan itu saya harus terapkan. Bahkan jika ada atau jika saya melihat teman atau siapapun yang sedang berada dalam kamar saya dan mereka membawa rokok, dengan tega saya akan mengatakan kepadanya “rongko ta ari!” (merokoklah di luar!). Komitmen adalah tetap yang utama dan dinomor satukan. “Tamu adalah Raja” bukan berarti kita hilang kuasa dan hilang aturan. Raja yang bijak adalah yang patuh terhadap aturan tuan rumah.
Cara ketiga, jika itu tentang lapar, maka dengan senang hati. Cara saya bertoleransi selanjutnya adalah tidak membelanjakan harta saya pada jalan yang tidak benar. Karena yang saya dengar, salah satu cara berjihad yakni membelanjakan harta untuk kemaslahatan umat (asyik!). Dan salah satu kemaslahatan adalah dengan tidak membiayai kemungkaran. Jika ada yang meminta uang kepada saya untuk membeli rokok, saya akan mengatakan “pai rahom piti dei weli kaim ngaha, kawarasi ka mbeiku” (seandainya kamu meminta uang untuk membeli makan, jika saya punya saya beri).
Cara keempat, tidak membawa pemantik atau korek api. Menurut saya korek api adalah biang dari pada timbulnya asap, terutama asap rokok. Salah satu cara saya terhindar dan orang lain sedikit terulur waktunya untuk merokok adalah tidak membawa pemantik atau korek api.
Cara kelima, tidak patuh jika itu tentang rokok. Dahulu saya sering disuruh membeli rokok oleh orangtua, kakak, teman dan orang sekitar saya, dengan tegas saya akan mengatakan “suruhlah orang lain”. Karena dari awal saya sudah berkomitmen “merokok dan tentang rokok itu dosa”. Pantang untuk melanggar apa yang sudah ditekadkan. Keberhasilah adalah tentang seberapa keseriusan, seberapa teguh kita melakoni sesuatu dan tetap sabar dalam menghadapinya.
Wallahualam...

Malang, 18 Juli 2017
Instagram : @nabilagusm
Fb             : https://www.facebook.com/NabilAgusM

Komentar