Sekejap Senja


Assalamualaikum senja!
Entahlah, kenapa mesti yang disapa harus senja? Mungkin karena ini ada kaitannya saja. Ingin memulai darimana, saya sebenarnya bingung.Hidup ini sudah berlalu sampai pada detik ini. Pada jari yang tidak begitu lincah dan piawai seperti generasi yang selalu menunduk, yang sedang mengetik huruf demi huruf ini. Semua orang yang hidup dan pernah hidup tak satupun yang tidak punya perjuangan, semua ingin harapan dan impian mereka tercapai.

Hidup ini, saya tak berani mengatainya rumit, apalagi susah. Takutnya saya dikatai tak bersyukur oleh mereka yang hanya bisa melongo diluar pagar, memanjangkan leher mereka hanya untuk mencuri urusan orang yang bagi mereka itu tidak seberapa. Tak harus heran, karena jika tak ada mereka hidup tak menantang.Orang pintar (bukan dukun) pernah berkata beda orang beda kepala, beda orang beda pemikirannya. Kita diberikan porsi hidup kita masing-masing berbeda, ada yang mampu menghabiskan lima gelas kopi dalam beberapa seruput-an, dan bahkan ada yang tak sanggup menyeruput habis segelas yang disuguhkan. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain, rasanya itu tidaklah patut, karena kita adalah orang lain bagi mereka.

"Karena aku adalah aku, bukan dia atau kamu"

Seperti senja yang hanya punya waktu sekerjap untuk dinikmati. Begitulah hidup ini. Entah sudah berapa banyak janji yang tidak ditepati, jika diuangkan mungkin setara dengan hutang negara (hehehe becanda). Hidup yang penuh dengan janji, hanya janji! Entah kapan akan ditepati, ditepati untuk melakukan kewajiban dengan cara yang tidak setengah-setengah, ibarat hidup yang tak akan pernah punah. Semoga Tuhan memperkenankan do'a seorang ibu yang ingin anak-anaknya diberi napas yang bisa menghangatkan makanan mereka yang panas dan melihat senyuman mereka. Janji ini seperti senja, yang datang dengan pesonanya kemudian meninggalkan kita semaunya.
Terima kasih senja, kau berkenan mendengar bualan yang tidak seberapa ini.
Assalamualaikum Senja!

Malang, 9 September 2015
(00.55)

Komentar