Aktivis Kutu, Politisi Rusuh

Ilustrasi oleh Jum Art


            Husin adalah aktivis di tahun itu, ia menjadi begitu karena banyak kutu. Karena banyak kutu ia ingin jadi aktivis bermutu. Karena itu ia memimpin orasi dan rusuh. Selama berdemonstrasi tak jarang ia menentang musuh dilemparinya batu jika yang dianggap sebagi kutu. Kini ia menjadi pahlawan dikalangan buruh. Ditahun itu ia masih menjadi mahasiswa yang dicap sebagai kutu buku. Hobinya membaca buku, buku sejarah, buku politik, buku hukum dan buku-buku. Dengan berorganisasi ia bebas mencaci maki. Mencaci para kutu yang bersarang disarang burung perkutut.
“Soekarno, Berdikari…
Berdiri diatas kaki sendiri
Berdiri mengusir Germo dan Mucikari
Berdiri Kediri, berdiri Kaswari
Berdiri Jayapura
Berdiri Indonesia Raya
Berdiri Indonesia Merdeka.

Sukarno, Berdikari…….!!!!!
Berdiri diatas kaki sendiri
Berdiri untuk kepentingan sendiri
Berdiri untuk kekayaan sendiri
Berdiri untuk kekuasaan diri
Berdiri untuk memikirkan diri sendiri
Berduri
Berdiri menebar duka dalam negeri.”

            Alhasil kini ia jadi artis dikampungnya, di eluh-eluhkan karena jasanya, membela buruh didepan musuh. Hobi lain kini digelutinya yaitu berburuh isu. Isu politisi, isu korupsi, isu yang assu. Keinginannya begitu mulia, ia ingin membebaskan daerah dari para penjajah. Demi keinginan mulianya terbengkalai kuliah tak jadi masalah, yang penting selesai perkara. Semenjak jadi mahasiswa ia sering mengikuti berita. Diberbagai forum diskusi Husin selalu menyebut kita, agar selalu bersama-sama menanggung derita. Dimana-mana selalu menuntut keadilan dan kesejahteraan. Jadilah dia seorang yang disanjung dan di cinta.
            Gelar mahasiswa tak lagi disandangnya karena ia sudah diwusuda. Sekarang Husin menyandang gelar S. H., ia ingin jadi pengacara. Cita-cita itu hanya pakaian setengah jadi yang tidak di jahit lagi, gara-gara Pemilukada. Lantaran ingin jadi kepala daerah ia rela bekerja keras mengumpulkan suara agar sukses di pemilu raya. Ia sibuk memengaruhi warga agar ia sukses jadi pemegang tahta.
            “Jika saya sukses jadi kepala daerah, saya akan sejahterah. Jika saya berhasil jadi kepala daerah saudara-saudara juga ikut kaya. Dan jika warga memilih saya, saya jamin dengan janji saya.” Itulah kampanye Husin, dengan menjanjikan janji-janjinya yang janji. Banyak biaya dikeluarkan untuk kampanyenya, itu semua demi cita-citanya menjadi penakluk wilayah. Akhirnya ia berhasil menghimpun banyak suara sehingga jadilah ia pemimpin penghisap darah.
            Dulu Husin selalu berorasi menentang politisi, namun sekarang ia direkrut di panggung birokrasi, dengan semboyan satu visi satu misi. Dahulu Husin adalah penentang kutu, sekarang ia jadi kutu penyebab rusuh. Giliran ditagih janjinya ia hanya menjawab “saya hanya punya janji tapi tidak untuk ditepati.”
Semenjak menjadi kepala dan penguasa ia mendadak kaya raya. Banyak warga yang tak menyangka juga tak percaya. Gerak-geriknya selalu di pantau. Kini Husin tersangkut hukum gara-gara kepincut rekening gendut. Ber-urusan-lah Husin dengan para penegak hukum. Habislah cerita Husin sebagai petinggi karena dililit hutang dan korupsi, ia kini ditangkap polisi dan berbaring dibalik jeruji besi. Tak tahan mendapat caci-maki, ia nekat menghabisi diri sendiri, berakhir mati dengan menggorok leher sendiri. 

*(Cerita ini hanya fiktif belaka dan untuk kepentingan hiburan belaka, apabila ada kesamaan              nama, kisah, karakter dan lainnya itu hanya kebetulan semata . Jika Anda menganggap serius,              saya tidak punya daya apa-apa)

Komentar