Kelahiran Senja

Illustrasi gammbar Pixabay

Jam sudah menujuk angka 12, tengah malam ini aku dengan segala rencanaku melangkah menuju kegirangan itu. Menuju warna merah jingga yang malam ini bertambah keseriusannya, untuk menempuh hidup yang lebih baik lagi dari hidup yang sebelumnya. Hari ini umurnya pas, pas 20 puluh tahun, tepatnya tanggal 13 Oktober 2014 ini. Dengan langkah yang semangat sambil menenteng kotak persegi aku menuju kost-kostannya. Malam ini tidak hanya ada aku yang memiliki seribu rencana untuk Dia, si Senja. Tapi sahabat-sahabatnya pun ikut member semangat untuk Senja.
Malam ini begitu sunyi, dengan cahaya temaram menambah keadaan semakin romantis. Dengan pelan dan hati-hati kami menaiki tangga yang biasanya jika ditindih oleh sesuatu akan mengeluarkan desahan yang akan membuat yang mendengar merasa bising. “Huft….akhirnya setengah perjuangan sudah dilewati” kataku setelah selesai bergelut dengan anak-anak tangga.  Sambil meneteng kotak persegi dan yang lain menenteng satu ember air sisa cucian piring, tepung, telur dan lainnya kami melanjutkan perjalan. “perjalanan ini terasa sangat menyedihkan”. Ok lanjut, tepat di depan pintu kamar itu, didepan kamar Senja aku bersama sahabatnya bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi.
Perlahan di ketok pintu kamarnya, terdengar dari dalam suara yang masih kurang semanga, kurang bergairah, ibaratnya seperti mayat hidup. Setengah bermimpi. Begitu lama ia membuka pintu, maklum saja kalau dalam bahasa Bima nya “wungap saru mba na” masih dalam keadaan mengigau. Sontak saja, dengan keadan pintu yang belum terbuka sempurna, suara ucapan selamat ulang tahun membuat Senja seakan sudah berada disuatu hari dimana amal perbuatan didunia sedang di Hisab amal ibadahnya di dunia. Dengan suara yang sangat nyarin sembari mengucap “Happy Birth Day……..” Para sahabat termasuk aku, mengerjainya dengan menabur tepung, telur, dan tidak lupa kue yang ada di kotak tadi tidak alpa berada di cipratkan ke wajahnya.
Aku memperhati mereka, kulihat Senja. Terlihat di wajah itu, terpancar suatu kebahagiaan yang tak bisa ia ungkapakan. Seakan ia sedang berkata “begitu indah dan bahagianya aku memiliki sahabat seperti kalian, terima kasih sahabat-sahabatku, sayang kalian”. Hari semakin larut, suara-suara kehagiaan tadi semakin lama semakin menghilang. Kali ini aku masih dengan rencanaku, rencana yang mungkin akan menentukkan segalanya, yang mepertaruhkan kedekatan kami, AKU dan SENJA. Yah..malam ini aku ingin mengutarakan isi hatiku terhadap senja. Mungkin menurutku di momen inilah yang tepat untuk mengutarakannya. Ku bulatkan tekadku, perlahan kudekati Senja. Tidak lupa sebuah kata special yang mempertemukan kami, sebuah kata yang mampu merubah segalanya “Hai..” senja membalas dengan senyumnya. “Selamat Ulang Tahun senja..semoga Tuhan selalu mencurahkan rahmat-Nya. Selalu!!” hanya itu yang dapat ku katakan, harapanku dihari bertambah usianya. Aku melanjutkan kataku. Terdengar sesuatu yang terjatuh dengan keras, semua yang ada langsung mendekati sumber itu. Ternyata salah satu sahabat Senja mengalami kecelakaan, ia terjatuh dari tangga akibat terpeleset karena lantai licin.
Kebahagian yang begitu indahnya tadi berubah menjadi suasana yang mencekam. Dimana semua bercucur air mata. “Tuhan belum menghendaki” peluhku dalam hati. Seorang dokter muncul dari dalam dan mengatakan “tidak ada yang  perlu dikhawatirkan, hanya luka ringan tidak parah. Hanya luka sayatan akibat terbentur tangga.” Semua yang ada menghela napas. Lega’. Yah..nyata ini sudah Nampak, bukan hanya sekedar mendekat. Namun, apakah nyata ini akan berujung kebahagiaan atau malah sebaliknya akan merusak. Tak taulah. Rencana tuhan tak bisa kita terka “Man Jadda Wa Jadda” aja.

Komentar