Bagian 1
J Remaja J
Seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga sederhana, anak pertama dari lima bersaudara. Menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) bagian timur pulau Sumbawa tepatnya Bima. Daerah panas membuat yang menyinggahinya melelehkan keringat, serasa ingin langsung berada di daerah Kutub untuk mengobati rasa gerah dan dahaga yang diakibatkannya. Masa SMA adalah masa dimana bagi semua remaja mencari jati diri mereka dan yang lebih utama jati diri untuk seorang wanita. Sebut saja namaku Agus, seorang anak yang baru menginjakkan dan memberanikan dirinya menjadi Remaja. Tapi nyatanya kata itu belum pantas bagiku, aku belum mampu menjadi seorang remaja yang bagi kebanyakan laki-laki adalah memiliki pasangan (pacar).
Usia tujuh belas tahun tidak membuatku iri terhadap teman-temanku memiliki pacar, beradu keberanian dengan berkelahi atau dengan tawuran yang nggak jelas juntrungannya. Aku memiliki teman-teman yang bisa mengetri tentang keadaanku yang belum matang, belum bisa beradaptasi dengan keremajaan mereka. Askarin, anak yang bisa dibilang paling dikagumi oleh banyak wanita. Laki-laki ganteng membuat setiap wanita merasa ingin memilikinya. Kedua, Arban. Anak pendiam yang diam-diam menyukai teman wanita sekelasnya. Namun sayang, dia ditolak cintanya dikarenakan sang wanita sudah ada yang punya. Tiga sekawan ini adalah siswa yang rajin dalam segala hal terutama untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim. Kami bertiga sangat dikagumi terutama para guru.
Tahap demi tahap kenaikan kelas, tidak ada yang berubah dengan sifat kami, Askarin yang dikagumi banyak wanita, Arban yang diam-diam ubi berisi dan yang paling tidak ada yang berubah adalah Aku. Masih bertahan Sembilan puluh Sembilan porsen. Kami adalah siswa yang rajin daalam hal sekolah, pelajaran dan lain sebagainya. Menginjak kelas tiga aku mulai belajar dengan sungguh-sungguh terutama mata pelajaran yang aku senangi yaitu Matematika. Kelas tiga akudipercata menjadi ketua kelas, berdasarkan pangkat itu aku bertekat menjadi yang terbaik walaupun bukan yang terbaik dalam kelas tapi mendapat nilai terbaik matapelajaran yang disenangi. Aku mulai mengumpulkan buku-buku yang tiadak dipakai oleh kakak-kakak seniorku, buku yang wajahnya seperti pakaian yang belum di cuci selama beberapa tahun lamanya. Dan aku sangat bersyukur akan adanya buku itu yang sangat membatuku dalam belajar lebih giat. Ujian khir semester pun selesai kami menunggu hasilnya dan ternyata nilaiku sangat memuaskan terutama nilai ujian mata pelajaran favoritku Matematika, mendapat nilai yang sangat tinggi.
Komentar
Posting Komentar